Pengalaman Seseorang Ketika Menjadi Programmer Selama 10 Tahun


  1. Buatlah produk. Kamu gak bisa selamanya loncat dari satu proyek ke proyek lain seumur hidup. Asli. Kamu bakalan cape. Bisa berupa produk utuh (end to end), library / package modular yg bisa diinject ke aplikasi lain, template html, dll. Atau produk dengan model PASS / SASS. Yg intinya kamu cukup bikin satu kali, selanjutnya tinggal jualan aja.
  2. Pastikan kamu sudah baca setidaknya 3 buku di daftar ini [0]
  3. Bikin software bukan kerjaan main-main.
    1. Cacat development di bidang perbankan, kamu bisa merusak ekonomi.[1]
    2. Saya pernah lalai testing jobs otomasi yang harus jalan tiap akhir bulan. Kebetulan waktu itu sedang libur idul fitri, jobs tsb tidak jalan. Klien saya komplain. Semua pegawai di 11 area tidak bisa kerja. Akhirnya bugs harus saya patch di dalam mobil sambil mudik liburan. Sungguh tidak menyenangkan.
    3. Salah koding di bidang penerbangan kamu bisa buat puluhan ribu orang ribet, 500 jadwal terbang dibatalkan [2].
    4. Pastikan kamu belajar software testing
      (automated test, integration test, functional test, load test, dsb).
      Kualitas test berbanding lurus dgn kualitas produk.
    5. Pastikan gak muntah pas liat kodinganmu.
      Kamu aja udah muntah. Apalagi orang lain ?
      (berak-berak keleus)
  4. Cari mentor yang udah terbukti sukses.
    Ini jalan paling cepet buat ketularan sukses.
  5. Doa driven development. Hidup berbanding lurus dengan keseriusan dalam berdoa. Berdoalah dan ulang-ulang harapanmu. Pasti akan kejadian. (Law of attraction is real !).

Dulu saya pernah mengulang-ulang (dengan tidak serius) pingin ke wakatobi tanpa biaya sendiri. Hingga pada suatu saat. Doa saya dikabulkan. Dengan cara tidak serius pula. Saya dapet project di sulawesi selatan selama seminggu. Dan sama sekali tidak ada agenda ke wakatobinya. Padahal dari tempat project tinggal beberapa Km lagi sampai ke wakatobi. hiks.

Lain waktu saya pernah berdoa. dengan serius. Saya bisa bekerja tanpa harus cape pulang pergi ke kantor. Eh dikabulkan, dengan serius pula. Alhamdulilah sudah 2 tahun kini saya bekerja full remote tanpa harus cape ke kantor.

Post a Comment

0 Comments